Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, menyoroti dampak kemajuan teknologi yang kian cepat dan mulai menggeser sejumlah peran manusia di berbagai bidang. Menurutnya, perkembangan ini bukan hanya membawa peluang, tetapi juga melahirkan tantangan baru yang harus diantisipasi bersama.
Abdul Mu’ti menyebut, salah satu tantangan besar yang muncul adalah maraknya disinformasi. Dengan mudahnya akses informasi melalui teknologi digital, masyarakat kerap sulit membedakan antara berita yang benar dan kabar bohong. “Disinformasi bisa memengaruhi cara berpikir, sikap, hingga perilaku masyarakat. Jika tidak diantisipasi, hal ini dapat menimbulkan perpecahan dan kerugian besar,” ujarnya.
Ia menambahkan, peran manusia tidak sepenuhnya tergantikan teknologi. Justru, manusia dituntut lebih bijak dalam memanfaatkan teknologi agar membawa manfaat, bukan mudarat. Pendidikan literasi digital dinilai penting agar masyarakat memiliki kemampuan kritis dalam menyaring informasi yang mereka terima.
“Teknologi adalah alat, bukan penentu segalanya. Manusia tetap harus berperan aktif untuk memastikan teknologi digunakan demi kebaikan bersama,” tegas Abdul Mu’ti.
Selain itu, ia juga mengingatkan para pemangku kepentingan, baik pemerintah, lembaga pendidikan, maupun organisasi masyarakat, untuk berkolaborasi dalam menghadirkan solusi. Upaya kolektif diperlukan agar perkembangan teknologi dapat diimbangi dengan regulasi yang tepat, literasi publik yang memadai, serta kesadaran etis dalam penggunaannya.
Dengan demikian, kemajuan teknologi tidak akan menjadi ancaman, tetapi dapat menjadi sarana yang mendukung kemanusiaan serta memperkuat peradaban.